Foto: Jembatan Cisadane di Waktu Malam Jakarta - Kota Tangerang tidak hanya sebagai kota satelit penyangga kemajuan Ibukota Jakarta, tapi juga kota yang kaya dengan peninggalan sisa-sisa sejarah masa silam, yang kini menjelma menjadi destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Pemerintah Kota Tangerang terus berusaha untuk mempromosikan lokasi-lokasi peninggalan sejarah, yang belakangan ini mulai digemari masyarakat, hal itu terlihat dari banyaknya wisatawan yang berdatangan, terutama di akhir pekan. Pasar Lama, yang masih menampakan sisa-sisa sejarah masa lampau merupakan salah satunya. Pasar ini letaknya tidak jauh dari Sungai Cisadane. Pasar Lama Tangerang merupakan pasar tradisional tertua yang pernah ada dan merupakan cikal bakal Kota Tangerang. Memasuki kawasan Pasar Lama, nuansa keberadaan etnis Tionghoa sangat terasa. Mulai dari bangunan rumah penduduk yang masih mempertahankan bentuk aslinya, sampai pada makanan yang dijual di sepanjang jalan. Sebagai tempat bernaung etnis Tionghoa, di kawasan ini terdapat Kelenteng Boen Tek Bio, juga Museum Benteng Heritage yang merupakan sumber sejarah etnis Tionghoa di Tangerang. Kelenteng Boen Tek Bio di Pasar Lama dikenal sebagai kelenteng tertua di Tangerang yang diperkirakan sudah berumur 300 tahun. Kelenteng yang hanya mengalami renovasi sekali pada tahun 1844 ini, merupakan salah satu dari ketiga kelenteng besar yang berpengaruh serta berusia tua di Tangerang. Dua kelenteng tua lainnya adalah Boen San Bio dan Boen Hay Bio yang berusia hampir sama. Memasuki kawasan kelenteng pengunjung akan disambut dengan asap hio yang mengepul dari tempat peribadatan. Aromanya begitu khas. Saat itu, kelenteng memang dipenuhi warga Tionghoa yang sedang beribadah. Di area belakang kelenteng Boen Tek Bio, juga terdapat sebuah vihara yang bernama Vihara Padumuttara. Tempat peribadatan umat Buddha itu besar dan bersih. Anda bisa merasakan kesejukan ketika berada di dalam vihara. Tidak jauh dari Kelenteng Boen Tek Bio, terdapat tempat ibadah umat Islam yang juga merupakan bangunan tua, Masjid Jami Kali Pasir. Masjid dengan nuansa hijau putih tersebut sudah mengalami banyak perubahan dari kondisi awalnya. Hanya dua sisi bangunan yang masih utuh dipertahankan, yakni empat tiang di dalam masjid, dan kubah kecil bermotif China di atas masjid. Masih di kawasan Pasar Lama, terdapat Museum Benteng Heritage. Museum pribadi milik Udaya Halim ini merupakan hasil restorasi dari sebuah bangunan tua berarsitektur tradisional Tionghoa yang diduga dibangun pada sekitar abad ke-17. Bangunan ini juga merupakan bangunan tertua di Tangerang dengan unsur Tionghoa yang amat kental. Bangunan yang berada di tengah Pasar Lama ini, memiliki dua tingkat. Lantai satu museum dijadikan sebagai restoran, tempat gathering, penjualan suvenir, dan sebagainya. Sedangkan di lantai dua baru kita bisa menemukan berbagai barang antik koleksi museum.Museum ini menyimpan berbagai barang yang berkaitan dengan sejarah etnis Tionghoa di Indonesia serta berbagai artefak yang menjadi saksi bisu masa lalu. Museum yang mendapat julukan Pearl of Tangerang ini juga banyak mendapatkan penghargaan. Dalam ajang FIABCI (Federation Internationals des Administrateurs de Bien-Conselis Immobiliers) Indonesia, Museum Benteng Heritage mendapat juara pertama untuk kategori Heritage, mengalahkan Bank Indonesia, pada 2012 lalu. Tidak sampai di situ, di tingkat internasional FIABCI Prix d’excellent Award pun museum ini berhasil menyabet juara kedua dalam kategori yang sama tahun 2013. BACA JUGA : Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.