BNPB Perkuat Sistem Peringatan Dini Lahar Dingin Gunung Semeru

bnpb Foto: BNPB menambah empat unit Automatic Rain Gauge (ARG) dan satu unit Automatic Weather Station (AWS) yang dipasang di sejumlah titik strategis. Dok: BNPB.

Jakarta - Gunung Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, tercatat sebagai salah satu gunung api paling aktif di Indonesia. Hingga tahun 2025, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat 2.449 kali erupsi dengan status aktivitas tetap berada di Level II (Waspada).

Selain ancaman erupsi, Semeru juga memiliki potensi bahaya sekunder berupa banjir lahar dingin, terutama saat musim hujan. Beberapa daerah aliran sungai (DAS) yang rawan terdampak di antaranya Sungai Besuk Kobokan, Sungai Besuk Lanang, dan Sungai Regoyo.

Pada April 2024 lalu, banjir lahar dingin melanda Lumajang setelah hujan deras memicu luapan tiga DAS, yakni Regoyo, Mujur, dan Glidik. Bencana itu menyebabkan kerusakan pada rumah, infrastruktur, hingga jembatan, serta menewaskan dua warga.

Belajar dari kejadian tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama mitra internasional memperkuat sistem peringatan dini di Semeru.

Melalui dukungan Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC), BNPB menambah empat unit Automatic Rain Gauge (ARG) dan satu unit Automatic Weather Station (AWS) yang dipasang di sejumlah titik strategis. Perangkat ini dilengkapi panel surya dan sistem teletransmisi untuk memperluas jangkauan pemantauan.

ARG dipasang di Pos Pengamat Gunungapi Gunung Sawur, Stasiun Ranu Kumbolo, Stasiun Besuk Bang, dan Stasiun Tawon Songo, sementara AWS ditempatkan di Stasiun Argosuko. Sistem ini akan melengkapi jaringan pemantauan yang sudah ada sekaligus memperkuat kesiapsiagaan di desa-desa prioritas seperti Jugosari, Gondoruso, Pasrujambe, dan Kertosari.

Kolaborasi BNPB dengan PVMBG, BMKG, dan BPBD Lumajang diharapkan mampu meningkatkan efektivitas pemantauan serta memperkecil risiko korban jiwa jika terjadi banjir lahar dingin di wilayah Gunung Semeru.