Foto: Dok: Istimewa. Jakarta - Pemerintah Kamboja resmi menyerahkan kepemimpinan ASEAN Ministerial Meeting on Disaster Management (AMMDM) kepada Pemerintah Indonesia untuk periode 2026. Seremoni serah terima berlangsung di Phnom Penh, Kamis (16/10), disaksikan para menteri ASEAN, perwakilan mitra dialog, dan lembaga internasional. Penyerahan dilakukan oleh Wakil Perdana Menteri Kamboja sekaligus Ketua AMMDM 2025, Jenderal Kitte Sangahak Bandith Kun Kim, kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto. Momen ini menandai awal kepemimpinan Indonesia dalam mengoordinasikan kerja sama penanggulangan bencana di kawasan Asia Tenggara untuk periode berikutnya. Dalam sambutannya, Kepala BNPB menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kamboja atas kepemimpinannya selama tahun 2025, yang berhasil menghasilkan berbagai capaian penting, di antaranya pengembangan ASEAN Professional Certification (ASCEND), peningkatan kapasitas personel penanggulangan bencana di kawasan, pelaksanaan simulasi tanggap darurat kemanusiaan ARDEX 2025 di Phnom Penh, serta penetapan AADMER Work Programme 2026–2030. “Merupakan kehormatan besar bagi Indonesia untuk menerima mandat sebagai Ketua AMMDM 2026,” ujar Suharyanto. “Kami memandang kepemimpinan Kamboja, serta negara-negara sebelumnya, sebagai pedoman berharga dalam menjalankan peran penting ini.” Suharyanto mengingatkan, terakhir kali Indonesia menjadi Ketua ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) dan AMMDM adalah pada tahun 2016, saat ASEAN memperkenalkan slogan “One ASEAN, One Response” dalam Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) di India sebuah tonggak sejarah yang menegaskan kepemimpinan ASEAN dalam penanggulangan bencana di tingkat global. Dorong Konsep Resiliensi Berkelanjutan di Kawasan ASEAN Sehari sebelum serah terima keketuaan, Kepala BNPB turut menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri Penanggulangan Bencana ASEAN (AMMDM) ke-13, yang juga diselenggarakan di Phnom Penh pada Rabu (15/10). Dalam pidatonya, Suharyanto menyoroti kondisi kebencanaan di kawasan ASEAN yang mencapai sekitar 6.000 kejadian setiap tahun, di mana lebih dari separuhnya sekitar 3.000 kejadian terjadi di Indonesia. Sebagian besar bencana tersebut adalah bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir dan tanah longsor, yang mencapai 99,34 persen dari total kejadian. “Kondisi ini menjadi tantangan nyata bagi pembangunan berkelanjutan, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi kawasan,” ujar Suharyanto. Bertepatan dengan 20 tahun lahirnya ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER), Indonesia mendorong agar konsep resiliensi berkelanjutan (sustainable resilience) menjadi tujuan utama pembangunan kawasan, terintegrasi dalam kebijakan adaptasi perubahan iklim, ketahanan bencana, dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). “Langkah ini krusial dalam memperkuat arah AADMER Work Programme 2026–2030,” lanjutnya, “demi membangun ketangguhan kolektif komunitas ASEAN terhadap risiko bencana.” ASEAN sebagai Satu Keluarga yang Tangguh Kepala BNPB juga menegaskan pentingnya memperkuat semangat solidaritas dan kolaborasi antarnegara ASEAN. Menurutnya, meski terdapat tantangan perbedaan budaya dan bahasa, ASEAN tetap mampu menjaga kerja sama yang erat selama lebih dari dua dekade. “Kami merasakan kehangatan luar biasa selama berada di Phnom Penh kehangatan yang mencerminkan semangat One ASEAN, One Family,” tuturnya. Ia mengapresiasi kerja keras Komite ASEAN untuk Penanggulangan Bencana (ACDM), Sekretariat ASEAN, dan AHA Centre, yang telah berperan penting dalam membangun sistem koordinasi dan kesiapsiagaan kawasan. Indonesia juga mengusulkan agar Papua Nugini diundang sebagai Guest of the Chair atau tamu kehormatan dalam keketuaan AMMDM 2026, sebagai wujud perluasan kerja sama di kawasan Asia Pasifik dalam bidang penanggulangan bencana. Bangun Kawasan yang Damai, Stabil, dan Sejahtera Dalam penutupan pidatonya, Suharyanto menyampaikan optimisme bahwa tujuan AADMER Work Programme 2021 2030, serta target global seperti Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2030 dan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs), akan dapat dicapai melalui kerja sama erat antarnegara ASEAN dan mitra internasional. “Tahun depan, AADMER Work Programme yang baru akan mulai diimplementasikan. Dukungan dari mitra dialog, organisasi internasional, dan sektor swasta akan menjadi kunci dalam mewujudkan cita-cita ASEAN membangun Asia Tenggara yang damai, stabil, dan sejahtera,” ujarnya menutup sambutan. Acara diakhiri dengan seremoni serah terima keketuaan AMMDM dan ACDM dari Kamboja kepada Indonesia, disertai foto bersama para menteri ASEAN dan mitra dialog, menandai komitmen bersama untuk memperkuat ketangguhan kawasan terhadap bencana. BACA JUGA : Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Wilayah, BNPB Imbau Warga Tingkatkan Kesiapsiagaan Indonesia Resmi Jadi Ketua AMMDM 2026, Kepala BNPB Terima Estafet Kepemimpinan di Kamboja BNPB Nyatakan Karhutla 2025 Terkendali, Pemerintah Siapkan Antisipasi Bencana Hidrometeorologi Kepala BNPB Tegaskan Pentingnya Mitigasi Berbasis Riset di Konferensi Internasional UNAND Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.