Ketua DPR : Tanpa Pancasila, Bangsa Kita akan Hancur

Ketua DPR Bambang Soesatyo Foto: Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo.

Jakarta - Pancasila hingga kini mampu menjadi pondasi yang menguatkan keragaman dan kebhinekaan Bangsa Indonesia.
 
"Tanpa Pancasila, bangsa kita akan hancur berantakan. Tanpa pemuda yang berjiwa Pancasila, bangsa kita akan tenggelam dalam bayang-bayang. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) harus menjadi lokomotif pemuda dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila sebagai perekat kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet) dalam keterangan tertulis, Kamis (9/8).
 
Hal itu disampaikan Bamsoet saat menjadi keynote speaker pada Seminar Nasional 'Pemantapan Wawasan Kebangsaan XII' yang diselenggarakan DPP KNPI pimpinan Fahd A Rafiq, di Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu malam (08/08/18).
 
Dalam acara itu, Bamsoet menggagas pentingnya dibuat RUU Pemantapan dan Pelaksanaan Ideologi Pancasila. Hal ini dianggap penting agar Pancasila dapat dihayati dan diamalkan secara berkelanjutan di semua lini kehidupan, khususnya bagi kaum muda sebagai tunas masa depan bangsa.
 
"Pancasila merupakan ideologi yang diambil dari saripati kehidupan Bangsa Indonesia yang majemuk, baik secara suku, etnis, agama maupun kedaerahan. Karenanya, memantapkan ideologi Pancasila dan wawasan kebangsaan merupakan materi yang fundamental dalam membentuk karakter dan jiwa kepemimpinan pemuda di tengah pusaran arus globalisasi dan kemajuan teknologi informasi," jelasnya.
 
Wakil Ketua Umum KADIN ini juga mengingatkan, pemantapan ideologi Pancasila dan wawasan kebangsaan bagi kaum muda tidak cukup hanya dengan diskusi maupun seminar yang bersifat sporadis, melainkan juga harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.
 
"Desain pendidikan politik kebangsaan harus dilakukan secara kreatif dan inovatif serta menyenangkan bagi kaum muda. Saya menyebutnya sebagai konsep Pendidikan Politik Jaman Now. Yaitu, dengan memanfaatkan platform teknologi digital dan media sosial untuk menyebarkan informasi dan pengetahuan tentang ideologi Pancasila. Digitalisasi pendidikan politik bukan lagi menjadi sebuah kebutuhan, melainkan sudah menjadi sebuah keharusan," terang Bamsoet.
 
Lebih lanjut ia mengajak KNPI ambil bagian dalam menciptakan narasi kebangsaan di media sosial. Narasi tidak harus dilakukan secara serius, melainkan dituangkan dalam bentuk yang menyenangkan. Semisal, melalui meme, komik, karikatur, maupun kreativitas lainnya, sehingga menarik perhatian anak-anak muda millenial.
 
"Selain melalui digitalisasi, yang tak kalah penting juga dengan menjelajahi keunikan dan keragaman budaya, pesona alam, serta cita rasa kuliner Indonesia, sehingga tertanam rasa cinta tanah air dan semangat kebangsaan. Misalnya dilakukan dalam bentuk jelajah pemuda ke seluruh pelosok Nusantara, pertukaran pemuda antar pulau, maupun perkemahan kebangsaan pemuda," katanya.
 
Ketua Badan Bela Negara Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan (FKPPI) ini mengingatkan, latar belakang penduduk yang beragam menjadikan Indonesia sebagai negara paling majemuk di dunia. Karenanya, pemantapan ideologi Pancasila bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, namun juga tanggung jawab semua pihak, baik lembaga pendidikan, BUMN, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, maupun kelompok civil society lainnya.
 
"Kemajemukan seperti dua mata pisau, bisa menjadi kekuatan sekaligus sumber perpecahan. Namun sejak berabad silam, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka, nenek moyang kita sudah menunjukkan bahwa kemajemukan merupakan ruh sekaligus sumber kekuatan Bangsa Indonesia. Dimantapkan dengan ideologi Pancasila yang diamalkan oleh para pemuda bangsa," jelasnya.
 
"Kita akan buktikan kepada dunia bahwa sampai kapanpun kemajemukan tak akan memecah belah kita," tutupnya.