Foto: Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor, Marolop Nainggolan (keenam dari kanan) dan Sekda Kabupaten Butur, Muhamad Yasin (ketujuh dari kanan) Buton Utara – Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, menyelenggarakan kegiatan Diskusi Bersama Pengembangan Ekspor Produk Organik Indonesia di Ereke, Kabupaten Buton Utara (Butur) pada 3 September lalu. Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor, Marolop Nainggolan menyampaikan, Kabupaten Buton Utara bisa menjadi salah satu penyuplai produk organik dunia. “Petani di Butur mempunyai pengetahuan lokal yang luar biasa dan pekerja keras,” ujar Marolop. Menurut Marolop, Indonesia kini memiliki lebih 17 ribu produsen organik dengan luas lahan 208 ribu hektar dengan pangsa pasar 0,4% dari pangsa dunia. Karena itu, Kementerian Perdagangan sangat mengapresiasi dukungan Pemerintah Kabupaten Butur sebagai satu-satunya Kabupaten Organik di Indonesia. “Potensi produk organik Butur merupakan salah satu produk strategis untuk peningkatan ekspor non migas Indonesia. Harapannya, bisa menjadi produsen organik terkemuka di Asia,” katanya. Secara kultur, masyarakat Butur sejak dahulu menggunakan sistem organik. Dengan demikian lebih memudahkan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait pencanangan daerah ini sebagai Kabupaten Organik. Kabupaten Butur telah memproklamirkan sebagai kabupaten organik melalui SK Bupati Nomor 17 Tahun 2017, dan merupakan satu-satunya Kabupaten Organik di Indonesia. Buton Utara memiliki keunggulan daerah dalam mengembangkan produk organik, khususnya untuk empat komoditas, yaitu padi, kelapa, mente, dan rumput laut. Saat ini kawasan produk organik yang dikembangkan adalah mete seluas 7.000 Hektare, kelapa 5.000 Hektare, rumput laut 7.000 Hektare dan padi organik seluas 1.200 Hektare. Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Butur, Muhamad Yasin bahwa Kapasitas produksi komoditi organik Kabupaten Buton Utara cukup memadai untuk memenuhi pasar ekspor, didukung dengan letak geografis yang strategis karena berhadapan langsung dengan Laut Banda. Meskipun demikan, masih diperlukan dukungan dari pemerintah pusat dalam hal meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam meningkatkan nilai tambah produk, termasuk produk turunannya. “Dukungan Pemda Kabupaten Butur antara lain adalah fasilitasi biaya sertifikasi organik, peningkatan luas konversi lahan pertanian organik, pembangunan rumah kemasan dan pengadaan mesin pengolahan padi. Selain itu, pengembangan pertanian organik disesuaikan dengan karakter kepulauan, yakni pembangunan berbasis Agro Marine,” ujar Yasin. Dari kegiatan Diskusi Bersama ini diperoleh hasil bahwa pengembangan komoditas unggulan Butur dilakukan dalam bentuk pengembangan kawasan guna meningkatkan daya saing produk, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan ekonomi masyarakat. Pemerintah Daerah Kabupaten Butur optimis bahwa dengan adanya sinergitas seluruh stakeholder, pengembangan komoditas organik berbasis kawasan dapat terwujud dan menjadikan Buton Utara sebagai Kabupaten Organik pertama dan terdepan di Indonesia. BACA JUGA : Pembenahan Pelabuhan Hingga Penambahan 2 Trayek Merajut Antarpulau Nusantara Kemendag Dorong Ekspor Cangkang Sawit ke Jepang CIMB Niaga Syariah Luncurkan Layanan CIMB Preferred Syariah Dari 15 Perkara, Mayoritas Perkara Merger dan Akuisisi Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.