Pembangunan Bendungan Paselloreng Dukung Swasembada Pangan

menteri pupr basuki hadimuljono Foto: Presiden Joko Widodo meninjau progres konstruksi Bendungan Paselloreng di Desa Arajang Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus meningkatkan luasan irigasi yang mendapatkan suplai air bersumber dari bendungan.
 
Presiden Joko Widodo belum lama ini dalam kunjungan kerjanya meninjau progres konstruksi Bendungan Paselloreng di Desa Arajang Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengatakan sebanyak 8 bendungan yang mulai dikerjakan 3-4 tahun lalu akan selesai tahun 2018.
 
Delapan bendungan tersebut yakni Bendungan Rotiklot di NTT, Bendungan Tanju, Mila di NTB, Bendungan Gondang dan Logung di Jawa Tengah, Bendungan Sei Gong di Batam, Bendungan Sindang Heula di Banten dan Bendungan Kuningan di Jawa Barat.
 
Untuk Bendungan Paselloreng saat ini progres konstruksinya sudah 73,3% dan ditargetkan selesai akhir Februari 2019.
 
“Bendungan Paselloreng mampu menampung 138 juta m3 untuk mengairi 7 ribu hektar sawah. Bendungan yang kita bangun untuk menyiapkan air irigasi pertanian menuju swasembada pangan,” kata Presiden didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi.
 
Kapasitas tampungnya 10 kali lebih besar dibandingkan Bendungan Raknamo yang diresmikan Presiden Jokowi awal 2018 lalu sebesar 13,5 juta m3 dan lima kali lebih besar dari Bendungan Kuningan yang berkapasitas 25 juta m3.
 
Bendungan multifungsi ini juga dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk 4 kecamatan di Kabupaten Wajo sebesar 305 lt/detik, Konservasi Sumber Daya Air, pengendalian banjir Sungai Gilireng (1002 m3/detik), perikanan air tawar, pengembangan Pariwisata, dan potensi listrik 0,8MW.
 
Konstruksi Bendungan Paselloreng dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya - PT. Bumi Karsa, KSO (Kerjasama Operasi) dengan biaya Rp 736 miliar. Sementara sebagai konsultan supervisi adalah PT. Mettana, PT. Timor Konsultan, PT. Raya Konsultan KSO dengan nilai kontrak supervisi sebesar Rp 37,5 miliar.
 
Konstruksi bendungan telah dimulai Juni 2015 dan ditargetkan selesai lebih cepat 4 bulan dari jadwal kontrak yakni Juli 2019 menjadi selesai akhir Februari 2019. Untuk pengadaan lahan, dari luas yang dibutuhkan 1.849,88 ha, sudah dibebaskan 681,98 ha (36,87%) sisanya dalam proses penyelesaian pembayaran bertahap untuk area genangan.
 
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan mendukung penuh Provinsi Sulsel sebagai lumbung pangan nasional.
 
“Di Sulsel, masih terdapat hamparan lahan persawahan diatas 3.000 hektar yang sudah sulit ditemui di daerah lain. Produktivitasnya kita tingkatkan dengan ketersediaan air yang berkelanjutan dari bendungan,” kata Menteri Basuki.
 
Lahan pertanian potensial di Sulsel diperkirakan seluas 300 ribu hektar sehingga akan terus dioptimalkan. Tahun 2018 Kementerian PUPR akan memulai pembangunan Bendungan Jenelata Baja di Kabupaten Gowa yang kapasitasnya lebih besar dari Bendungan Passeloreng yakni sebesar 237 juta m3. 
 
"Secara nasional lahan irigasi seluas 7,3 juta hektare dimana baru 11% yang dilayani bendungan, sisanya mengandalkan air dari hujan atau sawah tadah hujan. “Melalui pembangunan 65 bendungan akan meningkat menjadi 20%,” jelasnya.