Pengendalian Banjir Jakarta Dilakukan di Hulu dan Hilir Sungai Ciliwung

menteri pupr basuki hadimuljono Foto: Pembangunan Bendungan Ciawi.

Bogor - Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum meninjau pembangunan bendungan kering (Dry Dam) Sukamahi dan Ciawi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/12/2018). 
 
Presiden menilai progres pembangunan kedua bendungan berjalan dengan baik sehingga penyelesaiannya dapat tercapai sesuai target pada tahun 2019.
 
"Progresnya baik, seperti yang  disampaikan Dirjen SDA Kementerian PUPR, baik Bendungan Sukamahi dan Ciawi masih berjalan proses pembebasan lahan, tetapi pada Januari 2019 sebagian akan terselesaikan, tinggal pembayaran lahan yang dibebaskan sehingga progres perkembangan konstruksi terus dapat berjalan," kata Presiden Jokowi. 
 
Berdasarkan data per 26 Desember 2018, progres konstruksi Bendungan Sukamahi sebesar 14 persen, dengan progres lahan yang sudah bebas seluas 18,6 hektar atau 38,68% dari kebutuhan 46,69 hektar. 
 
Progres konstruksi Bendungan Ciawi sebesar 9,22%, progres pengadaan lahan yakni sudah dilakukan pembayaran 24,03 hektar atau 31,73% dari total kebutuhan 76,6 hektar. Pengadaan lahan dilakukan dengan skema dana talangan dimana kontraktor membiayai terlebih dahulu dan nantinya akan dibayarkan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).
 
Pembangunan kedua bendungan tersebut merupakan upaya Pemerintah di hulu Sungai Ciliwung untuk mengurangi kerentanan kawasan strategis nasional (KSN) Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dari bencana banjir. 
 
Dua bendungan kering yang dibangun oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane  juga merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir (flood control) Jakarta.
 
Dengan dibangunnya kedua waduk tersebut turut berkontribusi mengurangi debit banjir di hulu Ciliwung sekitar 30 persen. 
 
Untuk mengoptimalkan pengendalian banjir Jakarta, Presiden Jokowi berpesan juga untuk terus diselesaikan penanganan di bagian hilir diantaranya normalisasi Sungai Ciliwung dan pembangunan sudetan yang memerlukan peran aktif Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Selain itu juga diperlukan pembersihan drainase, sungai-sungai kecil, dan pemeliharaan waduk eksisting yang ada di Jakarta. 
 
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pengendalian banjir tidak bisa dilakukan melalui upaya struktural atau pembangunan fisik saja, melainkan juga kegiatan non struktural seperti kampanye penyadaran masyarakat, tata ruang (zonasi), dan pembuatan berbagai sumur resapan di lingkungan rumah masing-masing. 
 
Sementara itu, Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi mengatakan, saat ini pekerjaan konstruksi kedua bendungan tersebut memasuki tahap pembuatan saluran pengelak (conduit).
 
"Semua masih tahap konstruksi saluran pengelak di kedua bendungan. Nantinya kita akan menutup aliran sungai dan mengalihkannya ke saluran pengelak. Selanjutnya pembangunan pondasi tubuh bendungannya," jelas Hari.
 
Bendungan Sukamahi dan Ciawi adalah bendungan tipe kering (dry dam) sehingga pada musim kemarau akan kering dan baru akan digenangi saat musim hujan.
 
Kedua bendungan memiliki daya tampung 8,13 juta meter kubik dan berfungsi menahan aliran permukaan yang berasal dari daerah hulu Gunung Gede dan Gunung Pangrango selama kurang lebih 4 jam dan mengalirkannya ke Sungai Ciliwung melalui terowongan secara konstan dengan debit rencana Q50. 
 
Kontrak pembangunan Waduk Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 antara Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) dengan kontraktor PT Brantas Abipraya-Sacna KSO dengan nilai pekerjaan konstruksi Rp 757,8 miliar melalui kontrak tahun jamak (multi years).
 
Waduk ini menampung aliran Sungai Cisarua, Sungai Cibogo dan anak Sungai Ciliwung dengan volume tampungan 6,45 juta m3.
 
Sementara penandatanganan kontrak pembangunan Waduk Sukamahi dengan daya tampung 1,68 juta m3, senilai Rp 436,97 miliar dilakukan pada 20 Desember 2016 dengan kontraktor PT Wijaya Karya-Basuki KSO.