Foto: Kopi Gayo Aceh Indonesia patut berbangga manakala kopi Indonesia terutama kopi arabika Gayo Aceh sangat diminati pasar Amerika dan sebagian Eropa. Sejak awal masa pandemik, AS memberlakukan pembatasan perdagangan ekspor-impor dengan dengan bertambahnya jumlah kasus positif covid-19. Kondisi ini sempat membuat Kopi asal Gayo ini tidak bisa ekspor ke AS. Berselang tujuh bulan, kini Agustus, negeri Paman Sam tersebut mulai membuka kran impor kopi dari daerah Serambi Makkah, julukan untuk Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Hal itu ditandai ketika salah satu pelaku usaha Kopi Gayo Aceh yakni Koperasi Pedagang Kopi (Kopepi) Ketiara di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah mulai meng-ekspor ke pasar Amerika dan Eropa. Menurut Rahmah, Ketua Kopepi Ketiara, pada Juni-Juli 2020, pihaknya mengekspor Kopi arabika dari Dataran Tinggi Gayo (DTG) ke AS dan Eropa sebanyak 20 kontainer. Untuk satu kontainer mampu menampung kapasitas 18 ton sampai 19,2 ton dengan harga Rp1,5 Milyar sampai Rp1,6 Milyar per kontainer. Namun, untuk tujuan Eropa seperti Inggris dan Prancis masih menunggu keputusan resmi dari pemerintah setempat. “Kedepan kami terus berkomunikasi dengan buyer-buyer di Eropa untuk dapat mengirimkan kopi gayo tersebut,” Ujar Rahmah. Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono, mengapresiasi akselerasi ekspor kopi Gayo yang dilakukan Kopepi Ketiara Aceh. Karena bagaimanapun pasar Amerika dan Eropa merupakan pasar penting untuk ekspor komoditas perkebunan Indonesia terutama kopi. Hal yang menarik justru terjadi di pasar Amerika dan Eropa karena ditengah Pandemic Covid19 ini, berbagai Cafe hampir semua tertutup tetapi masih banyak permintaan kopi untuk tujuan Amerika dan Eropa. Justru pandemik ini merubah pola konsumsi sebagian besar masyarakat Amerika dan Eropa dari konsumsi skala cafe menjadi konsumsi rumahan. “Peluang ini harus tetap kita tangkap, tentunya dengan didukung oleh kelancaran sarana distribusi nya terutama memanfaatkan platform online/ ecommerce,” tutup Kasdi. BACA JUGA : Kementan Fokus pada Konsumsi Pangan Berkualitas Genjot Padat Karya Disektor Perkebunan Kasdi: Perlu Adaptasi Perubahan iklim Terhadap Komoditas Perkebunan Kementan Jaga Penghasilan Petani Lewat Program Padat Karya Target Kami 180 Ribu Hektare PSR Tahun 2020 Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.