Foto: Kepala Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak, Sajarwadi mendampingi anggota Kelompok Tani Nyiur Nusantara, dusun Makraga, Desa Parit Baru, Kecamatan Salatiga, Kabupaten Sambas dalam pelatihan demplot pengendalian Kumbang Tanduk (Hukmas Ditjen Bun) Pontianak-Untuk mengatasi penurunan produktivitas kelapa, perlu cara pengendalian kumbang tanduk dengan penggunaan perangkap feromon. Penggunaan perangkap feromon dan pemanfaatan jamur Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan larva kumbang tanduk. “Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada para pekebun tentang makna dari OPT tanaman kelapa, termasuk pengertian hama, pernyakit, dan teknik pengendaliannya,” ujar Sajarwadi Kepala BPPT Pontianak. Selain itu, juga ditekankan bahwa pengendalian OPT tidak efektif jika hanya dilakukan dengan satu cara saja dan individu (hanya di satu kebun tertentu), melainkan dengan berbagai cara atau disebut juga pengendalian hama/penyakit secara terpadu dan dilakukan secara serentak (bersama-sama dengan pekebun yang lain),” katanya. Pada kegiatan ini turut dilaksanakan praktek pengamatan serangan kumbang tanduk dan pemasangan feromon trap. Feromon yang digunakan merupakan feromon sintetis dengan kandungan bahan kimia etil-4 metil oktanoat. Feromon tersebut efektif untuk mengendalikan hama kumbang tanduk dewasa dengan radius ± 2 Ha. Lahan yang dipilih menjadi lokasi demplot merupakan milik anggota kelompok tani Nyiur Nusantara dengan luas lahan ±5 Ha. Diketahui dari tim BPTP Pontianak, umur tanaman kelapa bervariasi mulai dari 3-20 tahun. Adapun tanaman kelapa yang terserang kumbang tanduk rata-rata tanaman muda dengan usia tanam 3-8 tahun. Berdasarkan dari pengamatan kasar intensitas serangan kumbang tanduk di lokasi sebesar ≥20% (kategori berat). Perangkap feromon dipasang pada tiang kayu dengan ketinggian 3-4 meter dengan harapan senyawa feromon akan efektif terbawa udara dan mengundang kumbang tanduk untuk masuk ke perangkap. Kepala BPTP Pontianak mengajak para pekebun kelapa untuk berpartisipasi aktif dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan demplot pengendalian OPT Kelapa dan dapat menerapkannya dalam menjaga kebersihan kebun masing-masing. “Diharapkan dengan adanya kegiatan demplot ini dapat meningkatkan skill dan pengetahuan pekebun sehingga tanaman terjaga, produksi kelapa terjaga, stabilitas perekonomian pekebun terjaga, terlebih dalam masa pandemic Covid-19,” imbuhnya. Sajarwadi menambahkan, Di era New Normal (kebiasaan baru) akibat pandemi Covid-19, kegiatan pelatihan ini tentunya dilaksanakan dengan mengikuti prosedur protokol Covid-19 seperti mencuci tangan sebelum kegiatan, pengecekan suhu tubuh peserta kegiatan, memakai masker, dan menjaga jarak (physical distancing). (Hukmas Ditjen Bun) BACA JUGA : Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.