Diberitakan Hal yang Tidak Disukai, Gedung Putih Larang Media Besar Ikut Briefing

Sekretaris Pers Gedung Putih Sean Spicer editor eksekutif The New York Times Dean Baque Presiden AS Donald Trump cnn Foto: Presiden AS Donald Trump. (AFP)

Jakarta - Gedung Putih AS melarang sejumlah organisasi berita besar AS mengikuti briefing yang digelar Sekretaris Pers Gedung Putih, Sean Spicer.

Briefing pada Jumat (24/2) waktu setempat itu berbeda dari yang biasanya. Spicer mengatakan, timnya memilih untuk mengadakan briefing off-camera di kantornya, bukannya briefing harian yang disiarkan televisi, yang biasanya digelar di ruang konferensi pers yang lebih besar di Gedung Putih.

"Tugas kami adalah memastikan bahwa kami responsif terhadap rekan-rekan di media. Kami ingin memastikan kami menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda, namun kita tidak perlu melakukan semuanya di depan kamera setiap hari," jelas Spicer.

Seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (25/2), media-media yang diundang ke acara tersebut termasuk CBS, ABC, NBC, juga media yang berhaluan konservatif seperti Breitbart, The Washington Times dan One America News Network.

Reuters juga diundang dalam sesi tersebut, beserta 10 organisasi berita lainnya, termasuk Bloomberg dan CBS.

Adapun media Associated Press dan Time yang diundang dan telah hadir dalam briefing tersebut, memilih untuk meninggalkan acara setelah mengetahui beberapa media tidak diperbolehkan hadir.

Sementara media yang dilarang adalah CNN, The New York Times, Politico, The Los Angeles Times dan BuzzFeed.

Terkait hal itu, editor eksekutif The New York Times, Dean Baquet, dalam statemennya mengatakan belum pernah hal ini terjadi dalam sejarah sepanjang meliput di Gedung Putih.

"Belum pernah hal seperti ini terjadi di Gedung Putih dalam sejarah panjang kami meliput berbagai pemerintahan dari partai-partai berbeda. Kami memprotes keras pengecualian The New York Times dan organisasi-organisasi berita lainnya. Akses bebas media ke pemerintahan yang transparan jelas merupakan kepentingan nasional yang krusial," tegasnya.

Sekretaris Pers Gedung Putih, Sean Spicer. (Reuters)

Namun, Sean Spicer menegaskan, Gedung Putih berencana melawan apa yang disebutnya sebagai pemberitaan yang tidak fair.

"Saya pikir kami akan melawan dengan agresif. Kami tak akan hanya duduk diam dan membiarkan adanya narasi palsu, berita palsu, fakta-fakta yang tidak akurat di luar sana," ujarnya.

Asosiasi Koresponden Gedung Putih (WHCA) juga memprotes pelarangan tersebut.

"Dewan WHCA memprotes keras bagaimana pertemuan hari ini ditangani oleh Gedung Putih," kata Jeff Mason, presiden asosiasi tersebut.

Protes keras juga datang dari CNN. Lewat cuitan di akun resmi Twitternya, media tersebut menyatakan bahwa keputusan Gedung Putih merupakan hal yang tak bisa diterima.

"Tampaknya inilah cara mereka membalas ketika Anda melaporkan fakta-fakta yang tidak mereka suka. Terlepas dari itu, kami akan terus melaporkan," demikian cuitan CNN.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump kerap mengkritik media-media. Trump bahkan pernah menyebut media tersebut memberikan "berita palsu" dan menyebut mereka sebagai "musuh" rakyat Amerika.

Saat kampanye kepresidenan tahun lalu pun, tim Trump bahkan sempat melarang sejumlah media, termasuk The Washington Post dan BuzzFeed meliput acara-acara kampanye. Ini dilakukan setelah tim Trump memprotes pemberitaan media tersebut.

Trump juga mengkritik media-media AS yang kerap menggunakan sumber-sumber tanpa nama dalam pemberitaan mengenai dirinya.

Trump mengatakan, para wartawan seharusnya tidak dibolehkan menggunakan sumber-sumber tanpa nama.

"Sumber mengatakan bahwa Donald Trump mengerikan, manusia yang mengerikan, biarkan mereka mengatakannya di depan saya," cetus Trump.

Ditegaskan Trump, dirinya tidak menentang semua media, hanya "pers atau media berita palsu."

"Saya menentang orang-orang yang mengarang cerita-cerita dan membuat sumber-sumber. Mereka seharusnya tidak boleh menggunakan sumber-sumber kecuali mereka menggunakan nama seseorang," imbuhnya.

Padahal, sejumlah anggota tim Gedung Putih yang ditunjuk Trump, kerap meminta nama mereka tidak disebutkan saat memberikan keterangan kepada para wartawan.