Foto: Presiden Jokowi. Jakarta - Presiden Jokowi menjawab tudingan yang menyebut dirinya seorang diktator. Ia mengatakan hal tersebut tidak benar dan meminta masyarakat tidak takut kepadanya. Penjelasan tersebut disampaikan Presiden saat menghadiri acara Pembukaan Pasanggiri Nasional Tingkat Remaja Perguruan Pencak Silat Nasional (Persinas) ASAD 2017 di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidin, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Selasa (8/8). Saat itu Jokowi meminta salah seorang hadirin maju ke panggung berdiri bersama dirinya untuk menjawab pertanyaan yang dia berikan. "Sini, nggak usah takut, Presidennya nggak diktator kok," kata Jokowi kepada seorang remaja perempuan di atas panggung. Jokowi mengatakan, di media sosial, banyak yang menyebut dirinya sebagai seorang diktator. Namun ia membantah hal itu. "Sekarang di medsos banyak yang menyampaikan, Presiden Jokowi itu otoriter, diktator. Masak wajah saya kayak gini wajah diktator," kata Jokowi tertawa. Sebelumnya, puisi bertajuk 'Sajak Diktator Kecil' dibuat Wakil Ketua DPR sekaligus Waketum Gerindra Fadli Zon pada 26 Juli yang lalu. Entah menyindir siapa, namun puisi ini juga membuat Seskab Pramono Anung ikut bicara. "Ketika berekspresi monggo saja dan itu dijamin kebebasan karena negara kita beri ruang bebas," kata Pramono di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (26/7) yang lalu. Menurut Pramono, berekspresi dengan sajak adalah bagian dari kehidupan di negara demokratis. Pramono menggambarkan bahwa di Indonesia masih kental akan suasana demokratis, bukan kediktatoran. "Yang diktator siapa? Yang jelas, ini negara demokrasi, mau apa juga boleh," kata Pramono. Bukan kali ini saja sebetulnya Fadli Zon membuat puisi. Puisinya sering kali bernada satire. "Sajak, puisi, apa pun, monggo saja. Kita nikmati sebagai bagian memperkaya suasana publik," tutur Pramono. BACA JUGA : PP 32 : Gubernur yang Nyapres Harus Izin Presiden Hanura Konsisten Dukung Pencapresan Jokowi di 2019 Presiden Jokowi : Kalau Ada yang Tidak Setuju Perppu Ormas Silakan Tempuh Jalur Hukum Relawan Jokowi : Pancasila Rumah Kita, Tempat Kita Berlindung dan Tempat Kita Hidup Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.