Menjaga Gizi Anak Negeri: BGN Terus Jalankan Program Makan Bergizi Gratis di Tengah Tantangan Anggaran

badangizinasional,bgn,dadan Foto: Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana. Dok: Istimewa.

Jakarta - Setiap hari, ribuan anak sekolah di pelosok Indonesia kini bisa menikmati makanan bergizi tanpa harus memikirkan biaya. Nasi hangat, sayur, lauk bergizi, dan segelas susu sederhana, tapi bagi banyak anak, itu adalah simbol harapan baru.

Di balik keberlanjutan program Makan Bergizi Gratis (MBG) itu, Badan Gizi Nasional (BGN) terus bekerja keras memastikan tidak ada piring yang kosong. Namun, Kepala BGN Dadan Hindayana mengakui, perjuangan ini tidak selalu mudah.

“Sejauh ini anggaran kita sudah terserap sekitar 61 persen, tapi untuk menuntaskan program sampai akhir tahun, kemungkinan kita masih butuh tambahan,” ujar Dadan dengan nada hati-hati saat ditemui di Jakarta, Rabu (12/11).

Dadan menjelaskan, dana sebesar Rp43,4 triliun telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan bergizi di berbagai daerah. Tapi karena jangkauan program yang luas dari kota besar hingga desa terpencil kebutuhan operasional terus meningkat.

“Masih ada waktu sekitar 50 hari menuju akhir tahun, dan itu artinya masih banyak dapur yang harus tetap mengepul,” tambahnya.

Ia memperkirakan BGN membutuhkan tambahan sekitar Rp29,5 triliun agar program bisa berjalan tanpa hambatan hingga Desember.

Namun, bagi Dadan, angka-angka itu bukan sekadar data keuangan. Di baliknya ada jutaan anak yang kini bisa belajar dengan perut kenyang, dan ada para ibu yang merasa lebih tenang karena anaknya mendapat gizi cukup di sekolah.

“Program ini bukan cuma tentang makanan, tapi tentang masa depan. Tentang generasi yang tumbuh sehat dan kuat,” katanya dengan nada tegas namun penuh empati.

Sementara itu, Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang menambahkan bahwa pengawasan kualitas bahan pangan menjadi fokus utama lembaganya. Ia tak ingin ada lagi insiden “kecelakaan pangan” seperti yang sempat terjadi di beberapa daerah.

“Kami ingin memastikan semua bahan makanan yang diberikan aman, sehat, dan layak. Tidak boleh ada kompromi soal itu,” tutur Nanik.

Selain memastikan kualitas gizi, BGN juga melibatkan pelaku usaha lokal dan petani setempat agar program ini tidak hanya menyehatkan anak-anak, tapi juga menggerakkan roda ekonomi di desa-desa.

“Kalau bahan makanan diambil dari petani lokal, manfaatnya jadi berlipat. Anak-anak sehat, petani pun sejahtera,” ucap Nanik.

Kini, di tengah berbagai tantangan anggaran, semangat BGN tetap sama memastikan setiap anak Indonesia berhak tumbuh dengan gizi yang cukup dan hati yang gembira. Sebab, sebagaimana kata Dadan, “Tak ada investasi yang lebih berharga daripada memastikan anak bangsa bisa makan dengan layak setiap hari.”