MBG Jadi Harapan Baru di Tengah Tantangan Malanutrisi yang Tak Kunjung Usai

badangizinasional,bgn,dadan Foto: Dok: Istimewa.

Jakarta - Meski berbagai upaya telah dilakukan selama puluhan tahun, persoalan malanutrisi di Indonesia masih menjadi tantangan serius. Pemerintah mencatat tiga masalah utama yang hingga kini belum terselesaikan, yakni gizi buruk (wasting dan stunting), kelebihan berat badan atau obesitas, serta kekurangan gizi mikro.

Dalam sepuluh tahun terakhir memang terjadi penurunan angka malanutrisi, namun kondisi perekonomian masyarakat yang tidak stabil membuat pemenuhan gizi tetap sulit dijangkau sebagian keluarga.

Ketika kebutuhan hidup semakin mendesak dan kemiskinan belum tertangani optimal, pemenuhan gizi anak maupun keluarga sering terabaikan. Bahkan dalam situasi normal sekalipun, banyak keluarga masih kurang memahami pentingnya gizi seimbang.

Di sinilah Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi intervensi strategis yang diharapkan mampu memutus rantai malanutrisi. Melalui penyediaan makanan bergizi yang terukur dan terstandar, pemerintah mencoba memastikan anak-anak tetap mendapatkan kebutuhan gizi meski kondisi ekonomi keluarga tidak menentu.

Namun upaya perbaikan gizi tidak hanya soal suplai makanan. Berbagai faktor turut memengaruhi rendahnya pemenuhan gizi keluarga. Misalnya tingginya jumlah perokok di Indonesia, yang mencapai 70 juta orang pada 2023. Banyak keluarga mengalokasikan uang untuk rokok ketimbang memenuhi kebutuhan gizi anak.

Kesadaran masyarakat pun masih menjadi masalah. Tiga dari sepuluh bayi di bawah usia enam bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif, sementara dua dari lima balita tidak menerima asupan gizi sesuai rekomendasi. Di kalangan remaja, konsumsinya banyak dipengaruhi gaya hidup: satu dari dua pelajar minum minuman manis tiap hari, dan 95% tidak cukup makan buah dan sayur.

Dengan kondisi tersebut, program MBG hadir sebagai instrumen penting untuk menutup celah akses gizi, sekaligus menjadi alat edukasi agar masyarakat memahami pentingnya pola makan sehat. Pemerintah berharap kehadiran MBG dapat membawa perubahan perilaku sekaligus memperbaiki ketahanan gizi nasional.