Foto: Kasubdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat BNN, Ricky Yanuarfi. Jakarta - Indonesia merupakan sasaran utama pemasaran narkoba di wilayah Asia Tenggara. Banyak jaringan internasional menjadikan Indonesia sebagai pasar lantaran harga narkoba bisa melambung tinggi. "Sabu murah di China, harganya tidak lebih Rp 2 juta per kilogram. Di Indonesia hampir Rp 2 miliar per kilogram. Ini merupakan bisnis yang sangat menggiurkan bagi bandar," kata Kepala Subdit Lingkungan Kerja dan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Besar Ricky Yanuarfi dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (25/3). Dari Catatan BNN, kata Ricky, sebanyak 2,2 persen dari total penduduk Indonesia merupakan pengguna narkotika. Dari data itu pula, lebih dari 50 persen pemakai perupakan orang yang bekerja. "Maka Indonesia merupakan pasar terbagus di Asia," tuturnya. Sebelumnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, BNN, Polri, dan TNI pernah mengungkap penyelundupan berkilo-kilo ganja ke Indonesia. Bagi pengedar, kata Ricky, jumlah tersebut terbilang kecil. Berdasarkan survei BNN, ganja yang beredar di Indonesia sebesar 119 ton per tahun. Sementara itu, peredaran sabu di Indonesia selama setahun mencapai 230 ton. Jumlah tersebut baru yang muncul di permukaan. "Di Indonesia daya beli tinggi, pecandunya banyak. Kemudian mungkin pola hukum kita belum keras," kata Ricky. Selain itu, Ricky juga mengatakan, bandar narkoba yang berkeliaran di Indonesia sudah memiliki peralatan yang canggih untuk mengedarkan barang haram tersebut. Mereka juga berbekal senjata canggih untuk melindungi diri dan melawan petugas. "Bandar punya peralatan yang lebih canggih dari kita. Punya speedboat lebih cepat, telekomunikasi lebih canggih," terangnya. Oleh karena itu, BNN membutuhkan peralatan yang jauh lebih canggih untuk menghadapi bandar yang melawan petugas. Saat ini, BNN telah memiliki sejumlah unit senjata yang dibeli khusus untuk mengejar penyalahguna narkoba dan bandar yang melakukan perlawanan saat ditangkap. Hal tersebut karena tidak sedikit petugas BNN yang tewas di lapangan. "Di BNP Kalimantan Timur, petugas kita ditusuk bandar. Bandarnya ini juga berhasil ditembak," kata Ricky. Namun, anggota BNN kemudian didemo oleh sekelompok orang karena dianggap melanggar hak azasi manusia. Setelah diusut, pendemo tersebut merupakan massa bayaran yang dikerahkan bandar. Sebelumnya, Kepala BNN Budi Waseso mengatakan, senjata yang dimiliki petugas BNN saat ini ditujukan khusus untuk instansi tersebut. Jenis senjata itu berbeda dengan milik Polri dan TNI. Senjata khusus BNN bukan diproduksi oleh PT Pindad sebagaimana senjata aparat penegak hukum pada umumnya. Senjata tersebut buatan dari luar negeri, seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Ceko. Di luar negeri, kata Budi, biasanya digunakan untuk kepentingan militer seperti di Amerika Serikat dan Meksiko. Pertimbangan Budi membeli senjata dari luar negeri dengan alasan kualitas dan akurasinya lebih efektif. BACA JUGA : Kombes Mukti Juarsa Sambut Positif Pedoman Kejaksaan Agung Hindari Narkoba dengan Pendidikan Keluarga Ungkap Jaringan Freddy Budiman, BNN Sita Uang Rp 39 miliar AKBP Suhermanto : Permohonan Rehabilitasi Ridho Rhoma Menunggu Hasil Assessement Tim Terpadu BNN Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.