Foto: Dok: Istimewa. Jakarta - Genangan air masih bertahan di sejumlah titik Kota Semarang, meski matahari beberapa hari terakhir tampak bersinar tanpa ragu. Di tengah situasi itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali mengambil langkah cepat dengan membentuk satuan tugas (satgas) khusus pompanisasi sebagai solusi penanganan banjir yang telah merendam wilayah ini hampir sepekan terakhir. Langkah ini diumumkan pada Kamis (30/10), sebagai upaya mempercepat penyedotan air yang terjebak di kawasan permukiman, lahan persawahan dan jalan utama. Satgas pompanisasi menjadi bagian dari operasi darurat terpadu BNPB di lapangan melibatkan personel TNI dan Polri. Butterfly Effect Permasalahan Banjir Semarang Pembentukan satgas ini didasari hasil investigasi tim BNPB yang menemukan sejumlah kendala teknis kecil, namun jika diabaikan dapat berdampak besar pada lambatnya surut air. Istilahnya seperti efek kupu-kupu (butterfly effect), bahwa satu kejadian kecil dapat berdampak besar di kemudian hari jika tidak ada intervensi yang dilakukan. “Masalahnya tampak sepele, tapi kalau tidak ditangani bisa memperlama genangan,” ujar Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan, dalam Rapat Koordinasi Penanganan Bencana Banjir Jawa Tengah dan Kota Semarang, di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang. Menurut Budi, banjir yang terjadi kali ini adalah akibat dari berbagai faktor. Selain curah hujan tinggi, aktivitas pembangunan proyek tol tanggul laut juga turut memengaruhi lambatnya air mengalir ke laut. Oleh sebab itu, BNPB mendorong Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional - Jateng dan DIY (BBJN) bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana untuk memecahkan solusi bersama agar dampaknya tidak berlarut-larut. Melalui audiensi bersama BNPB, BBJN dan BBWS telah berkomitmen memperbesar jalur outlet kolam retensi Terboyo, termasuk menambah pompa dengan kapasitas yang lebih besar. Dalam implementasinya di lapangan, BNPB akan menempatkan satgas untuk monitoring pengawasan ketat yang dipimpin oleh seorang Dandim. “Kami sudah berkoordinasi dengan pihak terkait agar solusi penanganannya bisa dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan,” jelasnya. Untuk mempercepat pompanisasi, Budi telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak, mulai Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, Komando Daerah Militer (Kodam) IV/Diponegoro hingga Polda Jawa Tengah. BNPB meminta agar bagian dari komponen bangsa tersebut dapat bersinergi untuk membantu operasional termasuk pengawasan di lapangan selama 24 jam. Sejalan dengan itu, BNPB juga akan menambah armada mobil pompa yang bekerja secara estafet, mengalirkan air dari kolam retensi menuju Laut Jawa. Tak berhenti di situ, BNPB meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah penyangga Semarang seperti Kabupaten Kudus dan Jepara, agar mengirimkan unit pompa tambahan. Kolaborasi lintas daerah ini diharapkan mempercepat pemulihan kondisi kota dan meminimalkan dampak sosial ekonomi yang telah dirasakan warga selama beberapa hari terakhir. “Selain dari sisi teknis pompa, kami juga menyiapkan dukungan operasional, mulai dari bahan bakar hingga bantuan logistik lain. Pompa juga kita minta dukungan dari mitra kita, yakni BPBD Kabupaten Kudus dan Jepara,” tambah Budi. Selanjutnya, sebagai langkah pendukung di udara, BNPB juga menambah satu lagi armada pesawat Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dengan base of operations di Bandara Adi Soemarmo, Kota Solo. Pesawat ini akan digunakan untuk menaburkan bahan semai Natrium Klorida (NaCl) dan Kalsium Oksida (CaO) di bibit awan demi mengalihkan potensi hujan deras dari wilayah tangkapan air Semarang ke daerah yang lebih aman. Operasi ini menjadi bagian dari strategi BNPB dalam mengendalikan curah hujan sekaligus mitigasi bencana jangka panjang di kawasan utara Jawa Tengah. “Siang ini, pesawat tambahan untuk OMC mendarat di Bandara Adi Sumarmo, Solo. Untuk penguatan armada yang sebelumnya sudah kita posisikan di Bandara Ahmad Yani, Semarang,” jelas Budi. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat masih akan berlangsung hingga Februari tahun depan. Karena itu, seluruh upaya yang kini digelar menjadi bagian penting dalam menjaga kesiapsiagaan dan ketangguhan Kota Atlas menghadapi musim penghujan. BACA JUGA : Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Indonesia pada tanggal 30 Oktober 2025 BNPB Tanggap Banjir Pati: Pulihkan Ketitang Wetan dengan Pendekatan Jangka Pendek hingga Panjang BNPB Perkuat Mitigasi Bencana di Aceh, Dorong Aceh Jadi Pusat Studi Tsunami Dunia Kepala BNPB Suharyanto Kunjungi Aceh, Dorong Penguatan Kesiapsiagaan Daerah terhadap Bencana Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.